Telefon Buruk

Tuesday, February 5, 2019


Telefon buruk. 
Eh, bukan telefon awok atau telefon saya yang buruk. Tapi permainan telefon buruk. Ada yang tak pernah main ke? 
Dulu-dulu, saya rasa annoying sangat dengan psrmainan ni. Why?? Why do I have to play with this game? Why do I have to remember such a slong story and deliver the story to the next person?? 
Tapi, itulah stigma masyarakat kita hari ini. Itu yang berlaku. Dari pencerita, cerita diasimilasikan sebelum sampai ke pihak lain. Cerita diceritakan semula oleh pihak kedua, ketiga, keempat yang akhirnya menjadi kepada pelbagai versi. 
At the end, you will never know which one is the truth. Lihat sekeliling kita. Ini penyakit yang sedang berlaku. Bezanya dalam permainan, telefon buruk yang kita mainkan adalah dalam single line dan fix people. Tapi, dalam reality the network is scattered. From one person to another person, it will keep changing. Do you believe, there is one story among them that remain truth?. Nope. Even if you listen a story from me. Trust me. But not the story I've been telling. Unless, I'm the person in that story. 
And just remember, when you are happy on how the story spreading from one person to another person, beware of the consequence. Facts might be twisted. Akan ada penambah garam dan perasa yang lain. You will suprise to hear the upcoming version. And of course at the end, you will say, NO! It's not me telling that story!
.
Yes. You not the person that tell that version of story. But this is the consequence when you start telling others what's going on. 
Now I see why we play that game. It's for us to realise this activity membawang is not healthy is being practice in our culture. 
And for those who love collecting the story and re-telling the story, just remember! Facts might change into fitnah. Especially when the story is not completed and only get from one side. 
Yes. Doa orang teraniaya dekat dengan Allah. Tapi ingat, orang teraniaya takkan membesarkan cerita pada umum yang akhirnya membuatkan yang teraniaya telah menganiaya orang lain. Islam itu indah. Kamu percaya pada rezeki Allah. Tapi kamu lupa pada kafarah dan dosa. Kamu buka aib orang di socmed hanya untuk kamu tutup aib kamu dan kekal sebagai yang teraniaya. 
Ingat! 
Kamu nampak baik bukan sebab kamu baik. Tapi sebab Allah tutup aib kamu. Kalau Allah boleh tutup aib kamu, kenapa kamu nak buka aib orang? Kenapa kamu nak menyampai-nyampaikan keburukan orang kepada manusia yang lain? 
Kamu kata kamu faham agama. Tapi kenapa kamu tikam dari belakang tanpa ada konsultansi dua hala? Kenapa kamu harus berperisaikan sokongan manusia-manusia lain? Kamu yakin kamu benar-benar teraniaya? 
And today, I've seen the consequence of this telefon buruk. How the story is retelling and making thing worse. So, for all of us. Remember. Don't become one of the story teller and tell others about other persons story. Takut-takut jadi fitnah.